Monday, November 12, 2007

PhD or work


Tinggal 2 – 3 bulan lagi aku bakal lulus dari NTUST dan memboyong gelar M.Sc.Eng. (PD abizz gitu loh hahaha). Kemudian aku harus menetapkan langkah berikutku, dua pilihan terbaik, menurutku, adalah kerja atau melanjutkan kuliah lagi S3 (PhD). Apalagi bakal tinggal di negeri tercinta, Indonesia, yang masih kurang menghargai kaum intelek (spt dosen, ilmuwan, dsbnya) membuatku ragu. Ditambah aku, Abraham, bukanlah seorang yang gemar belajar (apalagi kalau melihat record belajarku dari SD hingga SMA hahaha). Namun aku melihat diriku sendiri, Abraham, adalah seorang yang tidak gentar akan hard challenge (tekanan yang berat), bahkan cenderung suka, jadinya kadang aku merasa adalah menarik untuk mengambil S3 karena itu merupakan tantangan yang berat bagiku dan menarik karena kesempatan ini mungkin tidak semua orang dapat menikmati dibanding pilihan untuk kerja.

Namun setelah aku lulus S3 aku bisa berbuat apa di Indonesia? Bisa dibilang: “There is nothing I can do in Indonesia!” karena pekerjaan satu2nya yang bisa dilakukan adalah dosen dan pekerjaan ini bisa dibilang dihindari orang di Indonesia karena kurang “prospek”. Kemudian aku berpikir, untuk mengatasi hal tersebut, bahwa mungkin selain jadi dosen aku juga bisa menyambi proyek, seperti aku lihat para dosen2ku di ITS yang begitu “enak” karena memiliki banyak proyek di luar hehe. Namun, aku rasa, becoming a PhD is not the same with becoming a superman! Tidak bisa dibilang bahwa dengan kita menjadi seorang PhD kita bakal ngerti, bakal bisa melakukan semua. Justru waktu 3 – 4 tahun untuk belajar PhD jika kita kerja kita mungkin memperoleh ilmu “praktis” yang jauh lebih banyak dan luas daripada jika aku memutuskan mengambil PhD. Ada satu professor di sini yang berkata begini, dengan menjadi PhD satu2nya kelebihanmu dengan orang yang tidak mengambil PhD adalah kamu ahli di dalam riset, jadi jika tujuanmu bukan lah menjadi seorang professor lebih baik kamu tidak sekolah S3. aku rasa ini sangat benar. Disamping motivasi aku ingin juga “mroyek” ketika jadi dosen benarnya aku juga tertarik sih jadi professor ^___^ hahaha…


Aku coba summary beberapa hal yang didapat kalau ambil S3 (yang aku ingat hehe): 1. higher status social, 2. ahli didalam riset, 3. kesempatan untuk menjadi professor lebih besar, 4. bisa juga “mroyek” walaupun tidak harus S3 untuk ini, 5. bisa berlaku sebagai consultant (sebagian besar consultant perlu PhD bahkan mungkin professor), 6. etc…


Jika aku tidak ambil S3 tapi aku kerja: 1. punya working experience yang banyak dan luas (dimana teknik sipil pengalaman adalah yang sangat penting), 2. mempunyai kesempatan untuk belajar banyak hal yang lain seperti interpersonal skill, negotiation skill dan sebagainya, 3. mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang tetap dan mapan, 4. ketika tahun ke empat, tahun ketika aku lulus PhD, mungkin aku sudah bisa memegang jabatan pimpro (lagi2 PD hahaha) sedangkan kalau ak lulus PhD sepeser duit pun aku tak punya (agak hiperbola sih hahaha), 5. ketika aku punya pengalaman yang cukup aku pun punya kesempatan untuk membuka consultant apalagi jika aku sudah punya nama di dunia perkonstruksian (kaya dunia persilatan aja hahaha), 6. aku juga punya kesempatan untuk bekerja di dunia yang di luar teknik sipil, 7. etc. Namun satu yang pasti kesempatan aku untuk menjadi professor mungkin agak susah dan bukan pilihan yang tepat jika aku tidak mengambil S3.

I know that I need to consult this to God which I already did. Aku hanya ingin minta opini kalian nieh, para pembaca blogku dan teman2ku semua, buat aku… dan mohon dukungan doa nya semoga aku bisa lulus januari – februari 2008 tahun depan ini… Thanks before ^^

Thursday, August 2, 2007

Hj. Irene Handono


Assalamualaikum atau dalam bahasa Indonesia nya salam sejahtera. Baru2 ini aku mendengar ceramah yang diberikan ibu Irene Handono (berikut gambar ibu irene saya ambil di internet, tidak tahu benar atau tidak karena saya belum pernah bertemu beliau), yg dilaksanankan pada November 2003, di internet. Beliau adalah mantan biarawati. Sejak kecil beliau dididik secara katolik bahkan dididik secara privat. Secara lengkap mungkin bisa dilihat di link berikut ini: http://www.freelists.org/archives/ppi/02-2004/msg00334.html dan http://enwe.multiply.com/music/item/45 (file MP3, bisa didengarkan). Secara garis besar isi dari ceramah yg diberikan, menurut saya, adalah merupakan kesalahan besar dan provokasi yang tidak sepatutnya diberikan oleh seorang yang berpendidikan seperti ibu Irene. Kenapa saya berani berkata seperti itu? Berikut akan saya paparkan beberapa kesalahan pengertian yang diambil begitu saja oleh bu Irene.

Pertama, tentang ajaran untuk membenci Islam. Jelas menurut saya itu salah besar. Sama sekali saya tidak pernah diajar maupun menemui orang Kristen yang benar2 paham akan kekristenan membenci orang lain. Bahkan kita harus mengasihi musuh kita. Dan secara sadar saya tahu juga bahwa mafia2 yang ada di amerika kebanyakan juga orang Kristen dan ini tidak ada hubungannya dengan agama tersebut secara langsung demikian juga dengan koruptor maupun penjahat2 di Indonesia.

Kedua, mengenai ilustrasi segitiga. Jelas ilustrasi adalah sesuatu untuk menggambarkan sesuatu yg tidak jelas biar lebih jelas. Namun yang coba kita perjelas disni, perlu dicermati adalah sesuatu yang besar and jauh di luar akal kita. Bukankah tiada yang mustahil bagi Allah? Jadi bukan berkembang, kata2 yang tepat untuk dipakai, namun itu kedaulatan Allah pribadi.

Ketiga, mengenai pelantikan. Itu masalah sejarah dan menurut saya tidak ada yang perlu dipeberdebatkan. Sejak pertama, didalam kitab injil dapat kita lihat kesaksian para murid bahwa Isa adalah Tuhan, Isa adalah Kalimat Allah.

Keempat, Kekristenan juga bukan merupakan paksaan. Kristen berarti pengikut Kristus bukanlah semata mata agama. Kekristenan lebih daripada agama itu sendiri.
Kelima, mengenai Natal tanggal 25 Desember. Ada latar belakang mengapa pemilihan tanggal tersebut. Dan tujuan nya bukan untuk menyembah dewa matahari. Seandainya ingin merayakan Natal tanggal 25 Januari yah sah2 saja..

Keenam, mengenai strategi kekristenan yang dikatakan oleh bu Irene tanpa batas adalah salah besar dan provokasi yang sungguh mengerikan karena ini akan membuat Bangsa Indonesia terpecah belah. Siapa bilang bahwa kita boleh berbohong demi nama Allah dimuliakan. Beliau mengutip Roma 3:7 sebagai dasar pernyataannya tersebut. Namun jika anda baca keseluruhan Roma 3 (http://www.bit.net.id/SABDA-WEB/Rom/T_Rom3.htm), anda akan melihat bahwa Allah tidak pilih kasih. Ia tetap akan menghukum segala jenis dosa, apapun itu alasannya! Saya jadi ragu apakah bu Irene benar2 belajar Alkitab. Untuk memahami suatu ayat di dalam alkitab kita tidak lah boleh asal comot begitu saja. Kita perlu membaca keseluruhannya. Lebih dari itu kita perlu memahami latar belakang, kondisi, situasi saat itu, penulis, dsbnya (untuk pengertian yang lebih mendalam dan detil).

This blog I write in order to encourage all of us to be more careful and elaborate in everything we do! Jangan sampai Negara kita yang kita cintai ini terpecah belah hanya karena ada pihak2 yang kurang bertanggung jawab. For a better Indonesia!

Thursday, May 3, 2007

Virginia Tech

Here is a wonderful story of Gods Grace to share with your congregation. Please share it as you see fit. This is Mark Cox, (Gay's Son, and Wanda's Brother).This story will get no press in the main stream media. It's a story a little too religious. It's a story that might be a little too politically incorrect in certain editor's boardrooms; nonetheless it's a story that must be heard. It must be told. On Sunday morning on April the 15th 2007, Jarret Lane was attending services at the First Baptist Church of Narrows, Virginia. It might have been a Sunday service like any other Sunday morning service: Sunday School followed by opening comments followed by Praise and Worship, followed by the Sunday sermon, followed by an altar call, followed by the benediction and dismissal.

But on this particular Sunday, during the altar call Jarrett Lane responded to a stirring, to a still small voice in his heart telling him to go forward. He stepped out of his seat, walked down the aisle to the front of the small Church and prayed with the pastor to receive Jesus Christ as Savior and Lord. Jarret Lane had doubtless heard many times in his lifetime the admonition "this might be your last opportunity to accept Christ." It might have been easy to override the still small voice and leave for Sunday lunch, but instead he listened, No! He heard. He heeded. He obtained forgiveness. He experienced the Love and Grace of the Son of God. It was a glorious day for Jarrett. Less than 24 hours later Jamet Lane was killed along with 31 other innocent victims by depraved and angry shooter Cho Seung-Hui on the campus of Virginia tech in Blacksburg, Virginia.At my place of employment, the news of Jarrett's salvation came to me via E-mail. With tears in my eyes, I spread the news to several more friends who also wept with joy. Then I told some other friends from my Church in Pearisburg, Virginia. We all wept together! I watched very undemonstrative people become demonstrative and utter "PRAISE GOD!" as tears filled their eyes. There was something very special about this story, for you see this entire community has heard nothing but darkness, sadness, and news of despair and despondency. The repetitive scenes and endless discussions of death, injury, and insanity kept appearing on our television sets.This blackness was followed by conversations, E-mails, phone calls and endless debates at work, home and play of the same darkness, which has so pervaded our community. This tiny pinprick of light, this story about Jarrett Lane has helped roll back the clouds, which have been hanging over us. It has brought us a ray of hope. Brought a smile to our faces. Replaced tears of sorrow and horror with those of joy and inspiration. May all of Christendom read this Story. May all Christians everywhere hear and rejoice. Grace, Grace, Sweet Grace!

Some one mile from the tiny town of Narrows, Virginia (where Jarrett was from), I along with about 100 other parents and friends had gathered at 9:00 P.M. on Wednesday, April 18 2007 to send our High School kids on a 5 day Symphonic Chorale trip to Orlando Florida. The Virginia Tech shootings were still fresh and raw in every mind. I was moved beyond words to watch the students, faculty, and parents slowly form one huge circle, hands enjoined, in the Parking lot for prayer. Later I noticed that parents were hugging their kids a little tighter, a little longer, a few more times. They said, "I love you" and looked their kids in the eyes. I think Jarrett smiled. The darkness is lifting from our community. My prayer is that Parents and their Children everywhere will come to know Christ so that in the event that they send their Loved ones out one day, and it turns out to be the last day, that they will have obtained that beautiful hope that says "We shall embrace again one day". Jarrett Lane's dear mother has that hope. She has that assurance.Jarrett is home now. He's home. Thank God almighty He's home.



Please pray for our community.



Everything I write this letter is verifiable.



Mark Cox



We will never know when our time left in this world. Maybe 100 years or 50 years or 25 years or 12 years or maybe we are not that lucky maybe we only have less that 24 hours just like Jarrett.. Trust your life to God right now and have that assurance that you will be forever with the God almighty. May God bless all of you always...

Wednesday, May 2, 2007

Rasul dan Nabi

Siapakah di antara kedua jabatan ini yang lebih penting? Rasul (Apostle) ataukah Nabi (Prophet)? Jawaban yang mengejutkan, saya dapatkan hari ini Minggu tanggal 28 April 2007, pukul 10 pagi waktu Taipei. Sebelumnya saya ingin bercerita, kemarin saya diajak oleh dua teman saya ke kebaktian pendewasaan MRII Taipei menjadi GRII Taipei dimana pendeta Stephen Tong sendiri yang akan meresmikan sebuah momen penting dan bersejarah ini. SELAMAT buat semua elemen GRII Taipei dari pendeta Nico beserta istri, jemaat, pelayan dan semuanya yang telah bekerja keras melayani Tuhan di Taipei ini khususnya di GRII Taipei ini. Semoga Nama Tuhan makin dimuliakan saja.
Kebaktian dan kotbah berjalan sesuai dengan ciri khas kebaktian reformed pada umumnya yang kaku dan menegangkan, namun bukan itu yang penting yang ingin saya bahas di dalam blog ini. Di tengah2 kotbah Pak Tong, ia menanyakan pertanyaan seperti di kalimat pertama dan kedua saya diblog ini. Setelah itu ia menjelaskan bahwa tiga kali di dalam alkitab perjanjian baru rasul di tulis terlebih dahulu disbanding dengan nabi. Apakah ini suatu kebetulan? Tidak, jelas Pak Tong. Ini merupakan suatu cerminan bahwa Rasul adalah lebih penting daripada Nabi. Karena Rasul berbicara mengenai penggenapan janji Tuhan dan Nabi hanya berbicara (bersabda) mengenai bayang2 janji Tuhan (karena belum terbukti). Nah pertanyaanku: Apakah benar bahwa Rasul lebih penting daripada nabi?
Menurutku jelas tidak. Seperti kata Alkitab, tidak ada seorangpun yg lebih mulia dari yang lain. Aku ingat murid2 Tuhan Yesus pada waktu itu, ketika itu mereka berdebat siapakah diantara mereka yang terhebat. Jelas sekali bahwa mereka sama. Mereka mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama – sama pentingnya. Aku juga ingat mengenai perumpamaan kebun anggur. Di situ dikisahkan ada tiga grup orang. Grup yang pertama adalah orang2 yang mempersiapkan lahannya dan menabur benih. Grup yang kedua adalah orang2 yang merawat kebun tersebut, memberi pupuk dan sebagainya. Grup yang ketiga adalah orang – orang yang menuai/ memetik hasilnya. Manakah di antara mereka yang lebih penting? Jelas tidak ada! Mereka semua penting. Dan yang terpenting adalah Allah sendiri yang memberi pertumbuhan pada benih2 tersebut. Atau perumpamaan lainnya mengenai bangunan (since I am a civil engineer ^^ haha). Di dalam suatu bangunan di sana terdapat banyak sekali elemen yang ada. Mulai dari pondasi, struktur bangunan atas, atap, interior dan sebagainya. Manakah di antara mereka yang lebih penting? Tentunya semua itu penting. Namun mereka mempunyai fungsi yang berbeda namun tanggung jawab yang sama besarnya. Jika tidak ada pondasi dan tidak ada struktur atas, bangunan tersebut akan rapuh, karena seperti orang bodoh yang membangun rumahnya diatas pasir. Jika tidak ada atap, bisa dibayangkan bagaimana kita hidup di dalam rumah yang tidak beratap, hujan kehujanan dan panas kepanasan ^^ hehe. Dan juga jika tidak ada suatu interior yang nyaman, kitapun akan tidak dapat menikmati rumah tersebut dengan nyaman.
Beberapa hal saya sangat setuju dengan ajaran pak Tong yang sangat keras. We have to do the things right! But remember we also need to do the right things! Dalam beberapa kritik dari Pak Tong sangat tepat dan itu sangat bagus jika dilakukan dengan cara yang lebih tepat. Karena jika tidak itu juga dapat membuat perkembangan yang kurang bagus di gereja. Beberapa jemaat dari gereja GRII Taipei yang saya kenal, menjadi mirip dengan tauladan yang bapak pendeta Stephen Tong lakukan, yaitu mengkritik. Lebih baik jika kita itu saling membangun iman di antara orang Kristen, bukan nya malah menjatuhkan dan mengkritik habis – habisan, padahal mereka terkadang belum benar – benar tahu permasalahan yang ada (mungkin mereka juga kurang berpengalaman seperti Pak Tong sendiri). Namun dalam banyak hal saya pandang itu kurang baik. Kasus nyata yang terjadi seperti pagi ini ketika saya datang masuk ke dalam gedung kebaktian, saya mengeluarkan HP saya dan memegang di tangan saya. Ketika itu salah seorang teman di GRII tanpa tahu apa2 langsung mengkritik dengan nada yang sangat pedas, “Di gereja main HP ae!!” Sinis betul pikirku. Dan saya memang tahu anak tersebut memang sangat sinis di berbagai kesempatan. Padahal pada waktu itu saya sedang memastikan bahwa saya sudah mensilent HP saya. Di lain kesempatan yang lalu di GRII, saya pun menemui hal yang serupa dengan beberapa anggota gereja yang lainnya. Apakah itu buah dari didikan GRII? Saya harap tidak.
Saya ingat juga pada kritik yang dilontarkan saat kotbah mengenai Paus sebagai Kepala gereja Katolik. Pak Tong mengkritik bahwa Gereja seharusnya yang menjadi Kepala adalah Kristus sendiri. Dan Alkitab yang adalah Firman Allah adalah pedoman utama kita. Sehingga seharusnya bukan Paus yang kita ikutin namun Bible. Itu benar. Namun kritik tersebut kurang tepat. Karena jelas bahwa gereja Katolik mengangkat Paus bukan untuk menggantikan Kristus maupun untuk menggantikan Alkitab. Namun intinya untuk menjadi gembala yang menggembalakan domba – domba Allah di dunia ini (saya sudah coba cari di beberapa sumber di internet mengenai hal ini). Saya justru khawatir bahwa Pak Tong sendiri yang menjadi seperti orang – orang yang Pak Tong sendiri kritik, yang saya harap tidak, karena Indonesia butuh orang2 seperti bapak juga. Saya ingat betapa bapak “membanggakan” hasil dan buah dari pelayanan bapak selama ini. Betapa bapak “membanggakan” semuanya itu tidak ada sepeserpun bantuan dari pemerintah di dalam semua pelayanan bapak. Saya rasa itu bagus, independensi yg bapak pegang, namun jangan sampai itu menjadi batu sandungan juga bagi orang – orang lain.
Kritik – kritik diatas dimaksudkan bukan untuk memecah belah. Namun agar kita dapat saling membangun dan memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai Allah sendiri dan seperti yang Pak Tong katakan sendiri bahwa kita harus jeli dan kritis dalam mendengar kotbah baik sekalipun itu dari Pak Tong sendiri, bukankah begitu? I want to give one verse from the bible. I take it from Matthew 5:16 “Let your light shine before others, so that they may see your good works and give glory to your father who is in heaven.

Tuesday, May 1, 2007

Hi Guys...

This is my new blog. This is just an introduction's blog.
I usually write on Friendster's blog, here is the link http://brami_10.blogs.friendster.com/penuts/ and this is the link into my Friendster's Profile http://www.friendster.com/bramie. Since there's so many limitation on FS blog, as stated also by some of my friends that use FS blog, that's why I created this new place for me to write the story of my life, my thought, my experience, it's all about me and He who has doing amazing things in me.

That's all for now. I hope you can enjoy my blog. May God bless you all always...